Obat   
Obat merupakan   senyawa kimia dari luar tubuh yang dibuat dengan tujuan untuk menghilangkan   penyebab penyakit atau mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh suatu penyakit.   Obat yang dimaksudkan untuk menghilangkan penyebab penyakit disebut obat   kausatif, sedangkan obat yang dimaksudkan untuk mengurangi gejala yang   ditimbulkan oleh suatu penyakit disebut obat simtomatis. 
Obat dapat   diperoleh dari seorang tenaga medis profesional (Dokter) atau dari farmasi (yang   membeli obat dari perusahaan farmasi). Obat juga dapat diperoleh melalui apotik,   puskesmas, dan toko obat. Obat dapat dibeli secara langsung oleh pemakai bila   obat tersebut dapat dengan aman digunakan sendiri, atau diberi kuasa dengan   preskripsi (resep) yang ditulis oleh dokter. Obat yang tidak membutuhkan   preskripsi dari tenaga medis profesional dikenal dengan nama obat OTC (Over the   Counter) yang berarti dapat dibeli di toko biasa. Resep dokter adalah suatu   pesanan (terutama dalam bentuk tertulis) dari tenaga profesional kesehatan   kepada apoteker (farmasi) atau terapis lain untuk memberikan terapi pada   pasiennya. 
Obat bebas   adalah obat yang dapat diperoleh tanpa harus dengan menggunakan resep. Obat   bebas kurang berbahaya tetapi jika digunakan secara berlebihan atau melebihi   takaran juga dapat menimbulkan bahaya. 
Obat keras   adalah obat yang diperoleh harus dengan menggunakan resep dokter. Oleh karena   itu, menjual obat resep (keras) tanpa resep termasuk melanggar hukum (ilegal).   Berdasarkan cara pemberiannya, obat dapat diberikan secara:   
1. Ditelan
2. Dikunyah
3. Dihirup
4. Dihisap
5. Dioleskan pada permukaan kulit
6. Disuntikan
7. Diinfus
8. Diteteskan
9. Pemberian obat melalui mulut merupakan cara pemberian yang paling utama untuk memperoleh efek sistematik.
10. Pemberian obat secara parenteral digunakan untuk pengobatan dalam keadaan darurat dimana penderita pingsan atau tidak dapat menelan serta untuk memperoleh terapi pemeliharaan bagi penderita yang dirawat di rumah sakit.
1. Ditelan
2. Dikunyah
3. Dihirup
4. Dihisap
5. Dioleskan pada permukaan kulit
6. Disuntikan
7. Diinfus
8. Diteteskan
9. Pemberian obat melalui mulut merupakan cara pemberian yang paling utama untuk memperoleh efek sistematik.
10. Pemberian obat secara parenteral digunakan untuk pengobatan dalam keadaan darurat dimana penderita pingsan atau tidak dapat menelan serta untuk memperoleh terapi pemeliharaan bagi penderita yang dirawat di rumah sakit.
Gambar 17.2. Obat yang dikemas dalam bentuk tablet. Biasanya   obat dalam bentuk tablet diberikan melalui mulut 
Obat paten   
Obat paten adalah obat yang dijual dengan merk dagang tertentu sehingga harganya menjadi relatif mahal karena besarnya biaya pemasaran yang ditanggung oleh perusahaan farmasi, terutama untuk obat ethical. Walaupun secara hukum promosi obat jenis ini tidak diperbolehkan, tetapi secara praktik banyak biaya yang diserap oleh tenaga medis sendiri. Sebagai contoh: Acetaminofen atau juga dikenal dengan parasetamol, dipasarkan dengan merk dagang (paten) Tilenol.
Obat generik Obat generik dibuat dan diedarkan oleh perusahaan saingan sehingga harganya relatif murah. Ketika paten untuk suatu obat telah berakhir, maka obat tersebut dijual sebagai obat generik.
Obat tradisonal
Obat tradisional adalah obat dibuat secara tradisional atau turun temurun dari neenk moyang. Dari penelitian-peneliian yang pernah dilakukan, Phyllanthus urinaria telah terbukti mampu mengobati hepaptitis. Disebabkan oleh daya kerja meniran yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga mampu mengatasi gangguan hati yang terjadi akibat dari hepatitis B. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan bahan untuk obat tradisional yang dapat mengatasi hepatitis B.
Jenis-jenis obat
Berdasarkan mekanisme cara kerja dan kegunaannya, obat dapat dibedakan menjadi:
1. Antibiotik
Antibiotik   adalah obat diberikan untuk menghambat pertumbuhan dan mematikan kuman-kuman   penyakit karena infeksi seperti: Bakteri, Protozoa, dan Jamur. Penyakit infeksi   karena virus sampai sekarang belum diketemukan obatnya. Pengobatan penyakit   bertujuan untuk mematikan kuman penyebab penyakit yang terdapat dalam tubuh.   Pengobatan biasanya ditujukan untuk penyakit akibat infeksi bakteri, jamur   (fungi), dan protozoa. Pengobatan untuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi   virus sampai saat ini belum ada obatnya. Pengobatan harus dilakukan secara rutin   dan berkelanjutan agar memperoleh hasil yang memuaskan. Jika tidak, maka   kuman-kuman akan menjadi tahan (resisten) terhadap obat-obatan. 
Gambar 17.1. Obat jenis antibiotik 
Saat ini, ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya antibiotik tersebut berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin.
2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.
Antibiotik   dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi.   Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan   antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan   antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif   dan negatif. 
Sebagian besar   antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik obat, dan   nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya.   Contoh nama dagang dari amoksisilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol,   tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro,   Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin. 
Setiap   antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien   yang didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat   membunuh bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing   antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik   mencapai lokasi tersebut. 
Cara pemberian antibiotik
Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes mata, dan tetes telinga.
Penting bagi   pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar,   seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat,   jarak waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi   dengan makanan dan obat lain. Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi   penyerapannya, yang pada akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan   keefektifannya. 
Bila pemakaian   antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi   obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh,   Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan   Theo-Dur (teofilin, obat asma). Berikan informasi kepada dokter dan apoteker   tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan   antibiotik. 
Jangka waktu   pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun sudah   merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik   seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila pemakaian antibiotik   terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga   menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat   menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga   menyebabkan infeksi ulang. 
Efek Samping
Disamping   banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik juga   memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek   samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare   ringan, dan mual. 
Dokter perlu   diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang   perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit,   pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada   lidah, dan gatal dan bilur merah pada vagina. 
Resistensi Antibiotik
Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten. Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi, kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk perubahan genetik yang ada pada bakteri. Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik lain.
2. Analgesik
Analgesik adalah obat pembunuh rasa sakit atau pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Sebagai contoh: Pada penderita patah tulang untuk mengurangi rasa sakit diberikan obat penghilang rasa sakit tetapi bukan untuk menyembuhkan tulang yang patah. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Sebagai   contoh: 
1. Ibuprofen (juga dikenal dengan nama dagang: Advil, Motrin, Nuprin and Brufen).
2. Acetaminophen atau parasetamol yang dapat menyebabkan masalah lever bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
3. Aspirin atau ASA (acetylsalicylic acid), yang juga antipiretik. Aspirin untuk menurunkan panas, sakit kepala, dan mengurangi nyeri otot. untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi.
1. Ibuprofen (juga dikenal dengan nama dagang: Advil, Motrin, Nuprin and Brufen).
2. Acetaminophen atau parasetamol yang dapat menyebabkan masalah lever bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
3. Aspirin atau ASA (acetylsalicylic acid), yang juga antipiretik. Aspirin untuk menurunkan panas, sakit kepala, dan mengurangi nyeri otot. untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi.
3. Obat pengganti hormonal
Obat yang digunakan untuk mengganti senyawa-senyawa yang secara normal terdapat dalam tubuh dan memiliki fungsi yang penting, sebagai contoh hormon insulin. Pada penderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus) kemampuan kelenjar pankreas untuk menghasilkan hormon insulin terganggu sehingga produksi hormon insulin berkurang. Untuk mengganti hormon insulin tersebut perlu diberikan dari luar dalam bentuk pil atau suntikan. Hormon insulin telah dapat diproduksi dengan menggunakan teknik bioteknologi.
4. Antihistamin
Antihistamin   adalah obat yang diberikan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan karena   reaksi alergi. 
Gambar 17.3. Obat dalam bentuk kaplet yang diberikan melalui   mulut 
Memilih Obat untuk Tujuan Pengobatan
Dalam keadaan   darurat, keberadaan obat yang dimasukkan ke dalam golongan P3K akan sangat   membantu. Hanya saja, banyak jenis obat untuk setiap keluhan yang beredar di   pasaran. Bukannya membantu, tapi justru kita kebingungan memilih, mana yang   tepat bagi kita. Bagaimana memilih obat yang berkhasiat? 
Pertama,   isi obat bebas itu umumnya kombinasi dari zat-zat yang itu-itu juga. 
      - Obat sakit kepala kalau tidak mengandung aspirin yang bisa bikin sakit maag,   ya parasetamol. 
- Obat pilek biasanya mengandung antihistamin klorfeniramin maleat atau desklorfeniramin maleat yang bisa bikin ngantuk dan dekongestan seperti fenilpropanolamin hidroklorida atau fenilefrin hidroklorida, yang kadang-kadang membuat jantung berdebar dan tekanan darah naik.
- Obat batuk tentu mengandung desktrometorfan hidrobromida yang kadang-kadang dikombinasi dengan ekspektoran, seperti gliseril guayakolat.
- Obat maag paling-paling antasida, yang umumnya kombinasi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, yang kadang-kadang menyebabkan sembelit atau diare.
- Obat nyeri haid umumnya mengandung asam mefenamat yang bisa mengiritasi lambung.
- Obat asma mengandung teofilin dan efedrin. Zat yang disebut terakhir ini bisa menyebabkan jantung berdebar dan tekanan darah naik.
- Jadi kalau Anda pengidap sakit maag dan suatu saat Anda sakit kepala, pilihlah obat yang mengandung parasetamol (asetaminofen), jangan yang mengandung aspirin. Demikian pula bila Anda sakit gigi, nyeri otot, atau nyeri-nyeri ringan sampai sedang lainnya. (Obat-obatan antinyeri ini tidak akan manjur menghadapi nyeri kelas berat yang diakibatkan batu ginjal, batu empedu, atau kanker).
- Kalau Anda berprofesi sopir atau tukang yang mengoperasikan mesin, jangan menggunakan obat pilek yang mengandung antihistamin, karena akan mengantuk. Bila Anda batuk kering, pakailah dekstrometorfan, sedangkan bila batuk berdahak, pakai saja obat batuk hitam. Soalnya kombinasi dekstrometorfan dan gliserin guayakolat secara logika aneh. Dekstromterofan menekan rangsang batuk, sedangkan gliseril guayakolat justru mengencerkan lendir dan merangsang batuk, yang sebenarnya bertujuan untuk mempermudah pengeluaran lendir.
- Sedangkan pengidap asma atau hipertensi, jangan gunakan efedrin, gunakan teofilin saja.
- Obat pilek biasanya mengandung antihistamin klorfeniramin maleat atau desklorfeniramin maleat yang bisa bikin ngantuk dan dekongestan seperti fenilpropanolamin hidroklorida atau fenilefrin hidroklorida, yang kadang-kadang membuat jantung berdebar dan tekanan darah naik.
- Obat batuk tentu mengandung desktrometorfan hidrobromida yang kadang-kadang dikombinasi dengan ekspektoran, seperti gliseril guayakolat.
- Obat maag paling-paling antasida, yang umumnya kombinasi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, yang kadang-kadang menyebabkan sembelit atau diare.
- Obat nyeri haid umumnya mengandung asam mefenamat yang bisa mengiritasi lambung.
- Obat asma mengandung teofilin dan efedrin. Zat yang disebut terakhir ini bisa menyebabkan jantung berdebar dan tekanan darah naik.
- Jadi kalau Anda pengidap sakit maag dan suatu saat Anda sakit kepala, pilihlah obat yang mengandung parasetamol (asetaminofen), jangan yang mengandung aspirin. Demikian pula bila Anda sakit gigi, nyeri otot, atau nyeri-nyeri ringan sampai sedang lainnya. (Obat-obatan antinyeri ini tidak akan manjur menghadapi nyeri kelas berat yang diakibatkan batu ginjal, batu empedu, atau kanker).
- Kalau Anda berprofesi sopir atau tukang yang mengoperasikan mesin, jangan menggunakan obat pilek yang mengandung antihistamin, karena akan mengantuk. Bila Anda batuk kering, pakailah dekstrometorfan, sedangkan bila batuk berdahak, pakai saja obat batuk hitam. Soalnya kombinasi dekstrometorfan dan gliserin guayakolat secara logika aneh. Dekstromterofan menekan rangsang batuk, sedangkan gliseril guayakolat justru mengencerkan lendir dan merangsang batuk, yang sebenarnya bertujuan untuk mempermudah pengeluaran lendir.
- Sedangkan pengidap asma atau hipertensi, jangan gunakan efedrin, gunakan teofilin saja.
Kedua,   pilihlah hanya zat yang Anda butuhkan. Ingatlah, bahwa setiap zat yang disebut   obat itu pada hakikatnya adalah racun. Hati-hatilah dengan istilah "flu" yang   sebenarnya menggambarkan kumpulan gejala. Penyakitnya sendiri bisa selesma   (common cold) atau influenza. Keduanya disebabkan oleh virus, tetapi dari jenis   yang berbeda. Untuk keduanya tidak ada obat yang bisa membunuh virusnya, yang   ada hanya obat yang meringankan gejalanya. Penyakitnya akan sembuh sendiri   setelah 3-5 hari oleh kekebalan tubuh penderita. Jadi jika flu, Anda hanya batuk   sebaliknya jangan sampai minum obat yang mengandung parasetamol. Kalau flu Anda   panas dan pilek, tidak usah sampai minum dekstrometorfan. Contoh gamblang, suatu   produk obat "influenza", masuk angin (common cold), sakit kepala, batuk, demam,   nyeri pada otot. Dari isinya, nyatalah obat ini dirancang untuk memerangi   kumpulan gejala flu: panas, sakit kepala, pilek, dan batuk berdahak. Jika Anda   hanya menderita sakit kepala atau nyeri otot, perlukah Anda memasukkan sekian   banyak zat racun yang tidak diperlukan itu ke dalam tubuh Anda, selain   asetaminofen? Bisa saja sakit kepala atau otot Anda sembuh, tetapi Anda akan   mengantuk karena dekslorfeniramina maleat, atau berdebar-debar karena kafein dan   fenilpropanolamina hidroklorida. Inilah pentingnya, tak hanya membaca indikasi   obat, tetapi juga komposisi obat. 
Ketiga,   konsultasilah terlebih dahulu kepada dokter karena ada interaksi obat yang   berbahaya. Misalkan, jika Anda menderita PJK (penyakit jantung koroner) dan   sedang dalam pengobatan untuk antipembekuan darah, dan Anda minum aspirin karena   sakit kepala, dapat terjadi perdarahan spontan. Bagaimanakah dengan obat   jerawat? Bakteri Corynebacterium acnes berperan penting dalam timbulnya jerawat.   Bila jerawat Anda tak kunjung sembuh, selain memperhatikan kebersihan kulit dan   mengoleskan krim antijerawat, mintalah dokter Anda untuk meresepkan antibiotik   oral seperti tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin atau minosiklin.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar