Selasa, 29 Oktober 2013

Obat dan Penjelasannya


Obat

Obat merupakan senyawa kimia dari luar tubuh yang dibuat dengan tujuan untuk menghilangkan penyebab penyakit atau mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh suatu penyakit. Obat yang dimaksudkan untuk menghilangkan penyebab penyakit disebut obat kausatif, sedangkan obat yang dimaksudkan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh suatu penyakit disebut obat simtomatis.

Obat dapat diperoleh dari seorang tenaga medis profesional (Dokter) atau dari farmasi (yang membeli obat dari perusahaan farmasi). Obat juga dapat diperoleh melalui apotik, puskesmas, dan toko obat. Obat dapat dibeli secara langsung oleh pemakai bila obat tersebut dapat dengan aman digunakan sendiri, atau diberi kuasa dengan preskripsi (resep) yang ditulis oleh dokter. Obat yang tidak membutuhkan preskripsi dari tenaga medis profesional dikenal dengan nama obat OTC (Over the Counter) yang berarti dapat dibeli di toko biasa. Resep dokter adalah suatu pesanan (terutama dalam bentuk tertulis) dari tenaga profesional kesehatan kepada apoteker (farmasi) atau terapis lain untuk memberikan terapi pada pasiennya.

Obat bebas adalah obat yang dapat diperoleh tanpa harus dengan menggunakan resep. Obat bebas kurang berbahaya tetapi jika digunakan secara berlebihan atau melebihi takaran juga dapat menimbulkan bahaya.

Obat keras adalah obat yang diperoleh harus dengan menggunakan resep dokter. Oleh karena itu, menjual obat resep (keras) tanpa resep termasuk melanggar hukum (ilegal). Berdasarkan cara pemberiannya, obat dapat diberikan secara:
    1. Ditelan
    2. Dikunyah
    3. Dihirup
    4. Dihisap
    5. Dioleskan pada permukaan kulit
    6. Disuntikan
    7. Diinfus
    8. Diteteskan
    9. Pemberian obat melalui mulut merupakan cara pemberian yang paling utama untuk memperoleh efek sistematik.
    10. Pemberian obat secara parenteral digunakan untuk pengobatan dalam keadaan darurat dimana penderita pingsan atau tidak dapat menelan serta untuk memperoleh terapi pemeliharaan bagi penderita yang dirawat di rumah sakit.

Gambar 17.2. Obat yang dikemas dalam bentuk tablet. Biasanya obat dalam bentuk tablet diberikan melalui mulut


Obat paten

Obat paten adalah obat yang dijual dengan merk dagang tertentu sehingga harganya menjadi relatif mahal karena besarnya biaya pemasaran yang ditanggung oleh perusahaan farmasi, terutama untuk obat ethical. Walaupun secara hukum promosi obat jenis ini tidak diperbolehkan, tetapi secara praktik banyak biaya yang diserap oleh tenaga medis sendiri. Sebagai contoh: Acetaminofen atau juga dikenal dengan parasetamol, dipasarkan dengan merk dagang (paten) Tilenol.


Obat generik Obat generik dibuat dan diedarkan oleh perusahaan saingan sehingga harganya relatif murah. Ketika paten untuk suatu obat telah berakhir, maka obat tersebut dijual sebagai obat generik.


Obat tradisonal

Obat tradisional adalah obat dibuat secara tradisional atau turun temurun dari neenk moyang. Dari penelitian-peneliian yang pernah dilakukan, Phyllanthus urinaria telah terbukti mampu mengobati hepaptitis. Disebabkan oleh daya kerja meniran yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga mampu mengatasi gangguan hati yang terjadi akibat dari hepatitis B. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan bahan untuk obat tradisional yang dapat mengatasi hepatitis B.

Jenis-jenis obat

Berdasarkan mekanisme cara kerja dan kegunaannya, obat dapat dibedakan menjadi:

1. Antibiotik

Antibiotik adalah obat diberikan untuk menghambat pertumbuhan dan mematikan kuman-kuman penyakit karena infeksi seperti: Bakteri, Protozoa, dan Jamur. Penyakit infeksi karena virus sampai sekarang belum diketemukan obatnya. Pengobatan penyakit bertujuan untuk mematikan kuman penyebab penyakit yang terdapat dalam tubuh. Pengobatan biasanya ditujukan untuk penyakit akibat infeksi bakteri, jamur (fungi), dan protozoa. Pengobatan untuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus sampai saat ini belum ada obatnya. Pengobatan harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan agar memperoleh hasil yang memuaskan. Jika tidak, maka kuman-kuman akan menjadi tahan (resisten) terhadap obat-obatan.

Gambar 17.1. Obat jenis antibiotik

Saat ini, ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya antibiotik tersebut berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
    1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin.
    2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
    3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
    4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
    5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
    6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.

Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya. Contoh nama dagang dari amoksisilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin.

Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.


Cara pemberian antibiotik

Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes mata, dan tetes telinga.

Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan obat lain. Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.

Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh, Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofilin, obat asma). Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.

Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.


Efek Samping
Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan mual.

Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur merah pada vagina.


Resistensi Antibiotik

Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten. Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi, kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk perubahan genetik yang ada pada bakteri. Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik lain.

2. Analgesik

Analgesik adalah obat pembunuh rasa sakit atau pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Sebagai contoh: Pada penderita patah tulang untuk mengurangi rasa sakit diberikan obat penghilang rasa sakit tetapi bukan untuk menyembuhkan tulang yang patah. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.

Sebagai contoh:
    1. Ibuprofen (juga dikenal dengan nama dagang: Advil, Motrin, Nuprin and Brufen).
    2. Acetaminophen atau parasetamol yang dapat menyebabkan masalah lever bila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
    3. Aspirin atau ASA (acetylsalicylic acid), yang juga antipiretik. Aspirin untuk menurunkan panas, sakit kepala, dan mengurangi nyeri otot. untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan anestesi.


3. Obat pengganti hormonal

Obat yang digunakan untuk mengganti senyawa-senyawa yang secara normal terdapat dalam tubuh dan memiliki fungsi yang penting, sebagai contoh hormon insulin. Pada penderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus) kemampuan kelenjar pankreas untuk menghasilkan hormon insulin terganggu sehingga produksi hormon insulin berkurang. Untuk mengganti hormon insulin tersebut perlu diberikan dari luar dalam bentuk pil atau suntikan. Hormon insulin telah dapat diproduksi dengan menggunakan teknik bioteknologi.


4. Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang diberikan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan karena reaksi alergi.

Gambar 17.3. Obat dalam bentuk kaplet yang diberikan melalui mulut

Memilih Obat untuk Tujuan Pengobatan
Dalam keadaan darurat, keberadaan obat yang dimasukkan ke dalam golongan P3K akan sangat membantu. Hanya saja, banyak jenis obat untuk setiap keluhan yang beredar di pasaran. Bukannya membantu, tapi justru kita kebingungan memilih, mana yang tepat bagi kita. Bagaimana memilih obat yang berkhasiat?

Pertama, isi obat bebas itu umumnya kombinasi dari zat-zat yang itu-itu juga.
    - Obat sakit kepala kalau tidak mengandung aspirin yang bisa bikin sakit maag, ya parasetamol.
    - Obat pilek biasanya mengandung antihistamin klorfeniramin maleat atau desklorfeniramin maleat yang bisa bikin ngantuk dan dekongestan seperti fenilpropanolamin hidroklorida atau fenilefrin hidroklorida, yang kadang-kadang membuat jantung berdebar dan tekanan darah naik.
    - Obat batuk tentu mengandung desktrometorfan hidrobromida yang kadang-kadang dikombinasi dengan ekspektoran, seperti gliseril guayakolat.
    - Obat maag paling-paling antasida, yang umumnya kombinasi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, yang kadang-kadang menyebabkan sembelit atau diare.
    - Obat nyeri haid umumnya mengandung asam mefenamat yang bisa mengiritasi lambung.
    - Obat asma mengandung teofilin dan efedrin. Zat yang disebut terakhir ini bisa menyebabkan jantung berdebar dan tekanan darah naik.
    - Jadi kalau Anda pengidap sakit maag dan suatu saat Anda sakit kepala, pilihlah obat yang mengandung parasetamol (asetaminofen), jangan yang mengandung aspirin. Demikian pula bila Anda sakit gigi, nyeri otot, atau nyeri-nyeri ringan sampai sedang lainnya. (Obat-obatan antinyeri ini tidak akan manjur menghadapi nyeri kelas berat yang diakibatkan batu ginjal, batu empedu, atau kanker).
    - Kalau Anda berprofesi sopir atau tukang yang mengoperasikan mesin, jangan menggunakan obat pilek yang mengandung antihistamin, karena akan mengantuk. Bila Anda batuk kering, pakailah dekstrometorfan, sedangkan bila batuk berdahak, pakai saja obat batuk hitam. Soalnya kombinasi dekstrometorfan dan gliserin guayakolat secara logika aneh. Dekstromterofan menekan rangsang batuk, sedangkan gliseril guayakolat justru mengencerkan lendir dan merangsang batuk, yang sebenarnya bertujuan untuk mempermudah pengeluaran lendir.
    - Sedangkan pengidap asma atau hipertensi, jangan gunakan efedrin, gunakan teofilin saja.

Kedua, pilihlah hanya zat yang Anda butuhkan. Ingatlah, bahwa setiap zat yang disebut obat itu pada hakikatnya adalah racun. Hati-hatilah dengan istilah "flu" yang sebenarnya menggambarkan kumpulan gejala. Penyakitnya sendiri bisa selesma (common cold) atau influenza. Keduanya disebabkan oleh virus, tetapi dari jenis yang berbeda. Untuk keduanya tidak ada obat yang bisa membunuh virusnya, yang ada hanya obat yang meringankan gejalanya. Penyakitnya akan sembuh sendiri setelah 3-5 hari oleh kekebalan tubuh penderita. Jadi jika flu, Anda hanya batuk sebaliknya jangan sampai minum obat yang mengandung parasetamol. Kalau flu Anda panas dan pilek, tidak usah sampai minum dekstrometorfan. Contoh gamblang, suatu produk obat "influenza", masuk angin (common cold), sakit kepala, batuk, demam, nyeri pada otot. Dari isinya, nyatalah obat ini dirancang untuk memerangi kumpulan gejala flu: panas, sakit kepala, pilek, dan batuk berdahak. Jika Anda hanya menderita sakit kepala atau nyeri otot, perlukah Anda memasukkan sekian banyak zat racun yang tidak diperlukan itu ke dalam tubuh Anda, selain asetaminofen? Bisa saja sakit kepala atau otot Anda sembuh, tetapi Anda akan mengantuk karena dekslorfeniramina maleat, atau berdebar-debar karena kafein dan fenilpropanolamina hidroklorida. Inilah pentingnya, tak hanya membaca indikasi obat, tetapi juga komposisi obat.

Ketiga, konsultasilah terlebih dahulu kepada dokter karena ada interaksi obat yang berbahaya. Misalkan, jika Anda menderita PJK (penyakit jantung koroner) dan sedang dalam pengobatan untuk antipembekuan darah, dan Anda minum aspirin karena sakit kepala, dapat terjadi perdarahan spontan. Bagaimanakah dengan obat jerawat? Bakteri Corynebacterium acnes berperan penting dalam timbulnya jerawat. Bila jerawat Anda tak kunjung sembuh, selain memperhatikan kebersihan kulit dan mengoleskan krim antijerawat, mintalah dokter Anda untuk meresepkan antibiotik oral seperti tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin atau minosiklin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook Comments